My effect

Jumat, 29 April 2016

Terlalu Merindu


Terlalu rindu seringkali menjelma hal-hal yang tidak biasa. Semisal tiba-tiba dihantui ketakutan akan kehilangan kamu yang berlebihan. Kalau sudah begini. Aku harus menenangkan diriku dengan lebih. Bahkan tak jarang, aku didatangi mimpi yang aneh. Yang membuatku menghela napas panjang saat terbangun. Sungguh, rindu kadang menjelma hal-hal yang menyeramkan. Namun, aku selalu ingin menenangkan diri. Aku paham, rindu yang tak terkendali bisa saja melukai hati. Bisa saja menjadi penyebab kesalahpahaman.  Itulah mengapa, saat aku merindukanmu, aku ingin mengatakan secepatnya. Karena dengan begitu, setidaknya, perasaanku bisa lebih tenang.  Meski rindu tak juga berkurang.

Jarak adalah satu-satunya hal yang harus kita kutuk. Namun apalah daya, kita tak pernah benar-benar bisa membuatnya seketika takluk. Aku tidak bisa berada di sampingmu saat ini juga. Saat rindu terasa semakin bergelora. Aku tak bisa menembus angin, lalu berdiri di sampingmu saat kau ingin. Kalau sudah rindu begini, aku hanya bisa mengabarimu. Atau memendam perasaanku sendiri. Dan rindu terasa semakin menyesakkan. Apalagi jika kau sibuk dengan duniamu. Kau sibuk dengan pekerjaanmu yang memang harus kau jalani pada jam tertentu. Mau tidak mau aku harus menerima. Aku tidak seharusnya menyalahkanmu. Itu bagian dari tuntutan hidupmu. Hanya saja rindu kadang membuat diri tak terkendali.

Satu hal yang aku mengerti; saat rindu sudah terlalu menumpuk di dada ini, aku hanya perlu meyakini, di sana kau juga merasakan hal yang sama. Kita hanya perlu berdoa sampai saatnya kita punya waktu berjumpa. Untuk saat ini biarkan rindu menjelma menjadi doa-doa. Menjadi energi yang menumpuk di tubuh kita. Mengajari banyak hal tentang bagaimana tabah dalam hal mencintai. Dengan begitu, kita bisa merasa lebih tenang. Percayalah, segala yang dijalani dengan tabah akan membawa kita kepada kemenangan yang indah. Tetap jaga hatimu di sana, kujaga rinduku padamu seutuhnya.

Tetaplah mengadu pada Tuhan, jika kita sudah merasa tidak tahan untuk menunda pertemuan. Sebab semua yang terasa tak akan pernah ada jika tak ada yang mengaturnya. Kita serahkan semua kepada yang mahacinta. Hanya itu yang bisa kita lakukan, saat  jarak tak bisa kita bunuh seketika. Aku ingin kau mengerti, di sini aku juga sedang berjuang sepenuh hati. Sama seperti aku percaya; di sana kau juga sedang berjuang untuk mempersiapkan segala rencana yang akan kita jalani nanti. Kalau rindu datang lagi kepada kita, menumpuk dan membuat kita merasa hampir gila. Berserahlah kepada yang mahacinta, sebab tiada cinta tanpa keinginan-nya.


Saat Semua Orang Berlomba-lomba Mengejar Dunia



Saat semua orang berlomba-lomba mengejar dunia mereka. aku ingin menciptakan dunia sendiri; menikmati rasa jatuh hati padamu. tanpa perlu berlari. tanpa perlu mencari lagi.

Dikamu; aku menemukan banyak hal yang belum sempat ku cari. Hal-hal yang sederhana tapi begitu bisa membuat bahagia. Seperti senyummu, misalnya. Lengkung di bibir tipis yang manis. Dan kau tau? Setiap menatapmu; aku menyadari betapa bahagianya aku bisa mengenalmu. Mungkin, Tuhan juga lebih bahagia berhasil menciptakan makhluk sepertimu.

Dunia tak akan berarti bila kau tak juga mengerti. Aku yang merindukanmu seutuh hati. Aku yang menginginkanmu tanpa tepi. Dikamu ingin kuhabiskan segala sepi. Menikamti senja berhujan. menikmati pagi berciuman.

Saat semua orang berlomba-lomba mengejar dunia. Aku hanya ingin diam di hatimu saja. Tanpa perlu banyak bertanya; apa yang aku cari? Karena bersamamu adalah hidup dan mati. 

Dear Kekasihku :*



Sepucuk Doa untukmu Sayang



Aku menerbangkan namamu mengangkasa ke langit doa. Karena tidak ada yang lebih hebat dari mencintai yang diterbangkan bersama semoga. Biarlah hanya Tuhan yang mengetahui tentang kita.

Aku sering tersenyum ketika membayangkan senyummu.
Bahkan aku sanggup menghadirkanmu dari ketiadaanmu disini..
Bersamamu, aku menemukan, jalan pulang, begitu Tuhan menamakan.

Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana cinta ini semakin tumbuh dengan baik. Tetapi aku percaya, sebenar-benarnya kau sanggup merasakannya.
Ingatlah, kita dua yang berbeda, yang disatukan doa dan cinta.

Demi apa pun.
Bagaimana pun hidupku nanti.
Aku ingin tetap kau ada di sini.
Sungguh, aku benci dengan apa pun yang tanpamu.
Kau tak perlu ragu atasku.
Di hidupku, setulus-tulusnya hidupmu kuterima.
Terserah dengan apa kata dunia tentang kita.
Aku mengenalmu dari aku mengenal aku.
Bukan dari mulut jahat mereka-mereka.

Untukmu, aku akan selalu ada.
Untuk kita, aku akan selalu melangitkan doa.
Biarkan Tuhan dan semesta yang menuntun kita.

Kamis, 14 Maret 2013

Aku Lelah Berharap, Aku Menyerah :")


Kamu berhasil membuat aku menyukaimu. Terjun bebas lalu tenggelam ke dalam auramu. Kamu itu selalu bisa membuat aku selalu merasa nyaman di dekatmu. Entahlah, tapi aku lebih menyukaimu dekat dan tidak jauh darimu. Aku tidak tahu mengapa aku terlalu memujamu, kamu itu biasa saja, tidak ada yang berbeda dari yang lain, tapi ulah kecilmu yang menyebalkan itu yang selalu membuat aku merindukanmu.

Sudah berapa lama ya kita saling mengenal? Hampir tiga tahun, mungkin, aku memang tidak tahu kapan tepatnya kita berkenalan, tapi ada yang selalu tepat memaknai perkenalan kita, hati ini yang selalu sama sejak awal kita bertemu. Hati yang selalu menggebu-gebu ketika melihatmu.

Tiga tahun ya? Bukan waktu yang singkat menurutku, kamu memberiku perhatian yang lebih, kamu memberiku sesuatu yang istimewa, kamu selalu membuatku tak bisa lepas dari denganmu, dari sorot matamu, dari sudut bibirmu, dari semua perlakuanmu, walau mungkin hanya aku yang merasakannya. 

Tapi...tiga tahun itu terlalu lama bagiku. Semakin lama kamu jadi semakin semu, semakin sulit ku rengkuh. Tak ada perhatian, tak ada kejutan, tak ada yang istimewa. Apa aku harus menyerah? Meninggalkanmu dan mengubur rasa ini dalam-dalam? Sehingga aku bisa membuka hati untuk orang yang mau menerimaku dengan setulus hati? 

Sebenarnya apa maksudmu, memberikan perhatian lebih tapi akhirnya kau meninggalkanku pula. Itu salahmu! Kamu yang mempermainkanku seolah aku ini boneka dan kamu itu sebagai tuannya. Seakan kamu berhak atas diriku. Kamu yang buat aku terjebak lalu tersesat dalam labirin hatimu. Itu semua karena kamu yang memulai. Itu karena ulahmu yang berlebihan, dan membuatku terjerumus atas rasa sayangku padamu. Jadi salahkah aku? Jika aku menyayangimu? Dan mengharapkanmu tuk menjadi milikku? Jangan bilang dan jangan pernah bilang jika itu semua salahku, karena aku yang terlalu berlebihan menilai semua sikapmu padaku. Awalnya rasa ini biasa, tak ada yang lebih, tapi kamu yang membuat perasaan aku melebihi batas biasa. Jadi masihkah kamu menyalahkanku?

Memikirkanmu membuatku semakin muak, namamu selalu berkeliaran dalam otakku bertaburan tak menentu. Tapi senyummu tak bisa lepas, terlalu melekat, sulit untuk di lepas.
Kamu selalu meyakinkanku bahwa kamu itu nyata, bukan cuma singgah dalam bayang, bukan cuma ada dalam dongeng impianku saja. Kamu itu sungguhan. Asli. Real. Bukan aku yang terlalu gila sampai-sampai hanya khayalan. 

Kamu membawa hari-hariku yang abu-abu menjadi berwarna seperti pelangi me-ji-ku-hi-bi-ni-u.  Menjadi crayon dalam kanvas putihku. Menjadi lentera dalam gelapnya sudut hatiku. 

Ibarat magnet yang sama kutubnya saling bertemu lalu ia serentak bertolak belakang, begitulah hati dan pikiranku, sama-sama bertolak belakang, hati ini tak ingin melepasmu, sedangkan otakku berkata sebaliknya.

Dan sekarang kamu kembali, kamu muncul lagi, menyapaku dengan sapaan selembut kapas. Apa maksudmu? Apa ini bagian dari naskah dramamu? Menyakitiku seperti di sinetron yang ber-season? Apakah ini season ke dua? Berarti peranmu sukses ya? 

Kamu datang lagi, seolah tidak terjadi apa-apa, membuka balutan luka yang dalam yang teramat perih ini yang sudah lama merekat kuat, kamu buka dengan lembut dan sebisa mungkin tak membekaskan rasa sakit. Aku berusaha agar tidak masuk ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya lagi, tapi lagi-lagi kamu meyakinkanku dengan ulahmu yang seakan sosokmu nyata tanpa dusta, berusaha untuk tidak mengingat kenangan, kamu membuka paksa loker kenangan yang sudah ku kunci rapat itu, kamu buka dengan bebas, dan semuanya masih tersimpan rapi disana, kamu membuka paksa sampai kenangan itu jatuh bertaburan dalam rona pikiranku.

Kamu sudah melakukannya lagi. Maukah kamu bertanggung jawab jika aku terpeleset jatuh ke dalam hatimu lagi? Dan tak ada lagi permainan? Kupikir ini sudah lebih dari cukup kamu membuat aku sakit.

Cukup. Sampai disini. Jangan lagi. Kumohon. Aku berusaha untuk melupakan rasa sakit dan meleburkannya, dan jangan kau buat aku merasakan rasa sakit yang sama untuk kedua kalinya. Dan kumohon jangan menyalahkanku jika aku terlalu menyayangimu dan mengharapkanmu kemarin, kumohon sekali lagi padamu jangan memulai permainan itu lagi dan membuat aku kalah bersama rasa sakit yang dalam dalam ikatan hukuman eratmu untuk kedua kalinya. Kumohon.

Jangan, jangan lagi, kumohon.
Aku tak mau terjebak dalam hatimu lagi 
dan membiarkan sakit ini menjamur lebih lama.
Cerita ini kamu yang memulai,
jangan pernah menyalahkanku jika aku mengharapkanmu!